Anjing liar tua usia tiada rupa, tanpa nama
Sekolah, selokan, kurungan cacat jiwa.
Hamili para lacur persimpangan petaka
Basah liur janin haram semakin peka nyawa
Bakar luka tergores, membelah kian menganga
Polos helai bulu yang rontok
Sisakan bias belang, samar, tak rata
Kais tandus taman kota, terguyur dahaga batang desa
Remuk tulang belakang tak sisakan rasa
Cabik wajah buruk, menghujat butir tanya
Terisak lahir tawa dunia
Tiada berujung.. rintih putarkan roda
Kian kabur sisi seberang, kau berdiam buta
Mati.. siksa.. jangan tersisa.

159 

​Gontai, menyusuri tepian-tepian keresahan yang terbengkalai.
Lupa, meraba-raba ujung jemari yang mati rasa.
Tawa pun kian menetes,
Terjajah, dan mulai ternikmati.
Para budak yang mulai mematuhi,
Tunduk sembah arca pencakar langit.
Terpinggir, sunyi..
Hela paru yang sesak untuk berdamai dengan udara ini.